Kisah seperti yang akan saya ceritakan ini mungkin pernah dialami oleh beberapa di antara kita. Kisah yang menggelikan sekaligus memalukan, menurut saya. Saya sendiri tidak tahu penyebabnya apa? Karena Si Penanya yang terlampau yakin dengan persepsi awalnya atau karena Yang ditanya yang penampilannya terlihat awet muda. Entahlah…
Saya jadi teringat pengalaman yang saya alami ketika suatu saat salah seorang Mbak Kos saya yang pagi itu baru saja tiba dari liburan di kampungnya menceritakan kejadian yang ia alami ketika dalam perjalanan menuju Bandung.
“Aku males banget, dek dengerin orang itu. Mana aku lagi flu.” Mbak Kos yang merupakan mahasiswa S2 Elektro angkatan 2007 itu mulai bercerita tak lama setelah tiba di kosan dan dikunjungi oleh saya dan seorang teman.
“Emang kenapa, Mbak?” tanyaku.
“Ya itu…ada anak Elektro angkatan 2005, S1. Nanya-nanya ke aku. Maksudnya baik sih, ramah. Dia kan nanya, angkatan berapa? Ya, aku jawab 2007. Aku bener kan, dek? Aku memang angkatan 2007. Eh, dia kira aku anak S1. Terus ya, gayanya itu…sok lebih dewasa dari aku. Belum tahu dia…hehehe…padahal aku lebih tua dari dia.”
“Oya, Mbak?” tanya temanku.
Kontan saya tertawa geli mendengarnya. Jadi ingat apa yang saya alami beberapa tahun yang lalu. Saat itu, saya masih duduk di tingkat tiga. Suatu kali, saat ada Pasar Jumat di depan Masjid Salman, saya bertemu seorang cewek yang mengenakan jaket LDK jurusan saya. Saya merasa tidak mengenalnya. Jadi, saya pikir dia pasti mahasiswa baru angkatan sekitar dua tahun di bawah saya. Oya, jaket itu harusnya hanya dimiliki oleh mahasiswa muslim S1 Teknik Industri. Makanya, sekonyong-konyong saya menyimpulkan bahwa cewek itu pastilah adik tingkat saya.
Saat itu, kami berdua lagi sibuk memilih-milih kaos kaki di Pasar Jumat. Lumayan harga kaos kaki di sana memang murah dan kualitasnya cukup baik.
Karena merasa satu jurusan dan satu LDK, saya memberanikan diri mulai menanyainya.
“Angkatan baru, ya?”
“Oh…iya.” Jawabnya ringan.
“Wah, adik tingkat saya donk.” Ucap saya sok tahu.
“Hah?…Oooh, saya mahasiswa S2.” GUBRAK! Untung saja dia langsung mengatakan yang sebenarnya. Kalau tidak, mungkin kejadian memalukan tersebut akan berlangsung cukup lama.
“Ooh…maaf, Teh. Saya nggak tahu. Saya kira mahasiswa S1 yang baru. Habis, wajahnya awet muda sekali.” buru-buru saya mengoreksi kesoktahuan saya tadi. Hihihi….habisnya, penampilan si Mbak S2 tadi benar-benar tidak menggambarkan sosok yang sudah dewasa. Sangat sederhana, lugu, dan cenderung polos. Mana saya tahu.
“Lho, kalau gitu, dapat jaket MITI dari mana, Teh?” Saya merasa penting meyakinkan Si Mbak S2 itu bahwa saya salah duga karena kesalahan dia juga. Hahaha…
“Oh, ini saya beli beberapa waktu yang lalu dari anak S1. Soalnya, saya suka.” Jawabnya.
“Ooh, begitu…”
Yah, paling tidak hari ini saya dapat kenalan baru. Meskipun, agak malu-maluin. Akhirnya, saya berjanji dalam hati. Suatu saat kalau saya berkenalan dengan mahasiswa baru lagi, saya tidak boleh lupa bertanya, “Mm, maaf…S1 atau S2, ya?” hehehe…